PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN
HASIL BELAJAR MEKANIKA
TEKNIK DAN ELEMEN MESIN SISWA
KELAS X TEKNIK
PEMESINAN A SMK
BHINNEKA KARYA SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN
2016/2017
KOOPERATIF GROUP
INVESTIGATION
Salaluddin1, Ranto2, Ngatou Rohman3
Pendidikan Teknik Mesin ,FKIP
Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Tujuan
penelitian ini sebagi berikut : (1) Untuk dapat meningkatkan keaktifan siswa
dalam mata pelajaran mekanika teknik dan elemen mesin pada siswa kelas X teknik
pemesinan A SMK Bhinneka Karya Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017. (2) Untuk
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran mekanika teknik dan
elemen mesin pada siswa kelas X teknik pemesinan A SMK Bhinneka Karya Surakarta
Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan penerapan model pembelajaran Cooperatif Group Investigation. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap
siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan
refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X teknik pemesinan A SMK
Bhinneka Karya Surakarta, hasil lembar amatan keaktifan dan hasil tes belajar
siswa kelas X teknik pemesinan A SMK Bhinneka Karya Surakarta. Analisis data
menggunakan analisis data diskriptif komparatif. Prosedur penelitian ini
terdiri dari empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Hasil penelitian dapat diperoleh
sebagai berikut : (1) siswa yang aktif sesuai kiteria keaktifan belajar pada
pra-siklus sebesar 45,4%, pada siklus I siswa yang aktif sesuai kiteria
leaktifan belajar mencapai 64,7%, siklus II siswa yang aktif sesuai kiteria
keaktifan belajar mencapai 82,3%. Penerapan model pembelajaran Cooperatif Group Iinvestigation, juga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebagai berikut : (2) siswa yang
nilainya memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM) pada pra-siklus mencapai 42,1%, Siklus I
siswa yang nilainya memenuhi kriteria
ketuntasan minimum (KKM) sebesar 62,1%, Siklus II siswa yang nilainya
memenuhi kriteria ketuntasan minimum
(KKM) sebesar 84%.
Kata kunci : Cooperatif Group Investigation, keaktifan
siswa, hasil belajar.
1.
Pendahuluan
Pendidikan pada perkembangan saat ini
adalah hal yang penting untuk didapatkan
sebagai bekal dalam hidup. Pendidikan mengubah semua paradigma lama dengan
berdasarkan pengetahuan baru ditemukan. Pemikiran dahulu mungkin dianggap bener
saat ini bisa dianggap salah karena adanya perkembangan pengetahuan, dimana hal
tersebut didapatkan dari proses pendidikan panjang yang dialami seorang manusia
sehingga muncullah pengetahuan baru tersebut. UU RI No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1 dinyatakan bahwa: pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar perseta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Tujuan awal yang harus diingat adalah pendidikan
bukan berlomba menghafal materi sebanyak mungkin, namun pendidikan adalah
sebuah proses yang dijalani para siswa untuk pempunyai sebuah keahlian atau
kompotensi yang diinginkannya untuk bekal kehidupannya dan masa yang akan
datang, dalam Dikmenjur (2003) mengenai pendidikan didalam Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) salah satu tujuan penyelenggaraan pendidikan adalah menyiapkan
peserta didik agar dapat bekerja, baik secara mandiri atau mengisi lapangan
pekerjaan yang ada didunia usaha dan industri sebagai tenaga kerja tingat
menengah sesuai dengan bidang dan program keahlian yang diminati.
Sekolah adalah ujung tombak proses
pendidik di indonesia dalam praktik pembelajaran di kelas masih berfokus pada
guru pada sumber utama pengetauan, mungkin metode ceramah menjadi cara yang
paling sering digunakan dalam kegiatan mengajar lebih memperlihatkan bahwa guru
menjadi pusat dalam pembelajaran di kelas. Para siswa dipaksa menghafal setiap
materi yang diajarkan, padahal kemampuan setiap siswa
berbeda-beda.
Permasalahan ini juga terjadi pada
proses pembelajaran di SMK Bhinneka Karya Surakarta. Saat kegiatan Pra-PPL pada
semester 1 Tahun Pelajaran 2016 di SMK Bhinneka Karya Surakarta, guru menjadi
pusat pembelajaran. Proses pembelajaran yang
dirasakan siswa begitu membosankan. Siswa dituntut memiliki kemampuan yang
bagus dan sama mengenai materi yang diajarkan oleh guru. Permasalahan tersebut
mengakibatkan sikap para siswa yang merasa sudah susah mengikuti materi
pembelajara, menjadi tidak aktif dalam proses pembelajaran dikelas sehingga
berakibat hasil belajar siswa kurang optimal.
Permasalahan
tersebut dapat diatasi dengan sebuah strategi belajar mengajar yang berbeda
untuk diterapkan kepada siswa. Strategi belajar mengajar yang tidak
mengharuskan siswa menghafal, tetapi sebuah strategi pembelajaran yang
mendorong siswa merangsang pikiran mereka untuk mendapatkan pengetahuan baru,
terdapat berbagai alternatif model pembelajaran yang bisa digunakan dan
memiliki model pembelajaran cooperatif group
investigation (GI) sebagai salah satu strategi alternatif yang
diharapkan dapat membantu siswa merangsang pikiran mereka sendiri, meningkat
kemampuan siswa bekerja sama dengan orang lain, meningkatkan keaktifan belajar,
rasa ingin tau siswa terhadap pembelajaran dan pada saat yang sama meningkatkan
hasil belajar siswa.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba
mengkaji penerapan model pembelajaran cooperatif
Group Investigation (GI) dalam proses pembalajaran. Group Investigation adalah model
pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan
topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Model pembelajaran
ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi
maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group
process skills). Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti
investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian
menyiapkan dan menyajikan dalam suatu laporan di depan kelas secara
keseluruhan.
Melalui penerapan model pembelajaran Cooperatif Group Investigation (GI),
penelitian bertujuan untuk :
1. Meningkatkan
keaktifan proses belajar belajar mekanika teknik dan elemen mesin siswa kelas X
Teknik Pemesinan A SMK Bhinneka Karya
Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif group
investigation (GI).
2. Meningkatkan
hasil belajar belajar mekanika teknik dan elemen mesin siswa kelas X Teknik
Pemesinan A SMK Bhinneka Karya Surakarta Tahun Pelajarn 2016/2017 dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif group investigation (GI).
2.
Metode
Penelitian
merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research ini dilakukan di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Bhinneka Karya Surakarta, pada semester genap pada tahun
pelajaran 2016/2017.
2.1 Metode
Pengumpulan Data
Pemecahkan
masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan dengan permasalahannya,
sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu digunakan teknik pengumpulan
data sehingga dapat diperoleh data yang benar-benar valid dan dapat dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini, antara lain dengan menggunakan:
a. Dokumentasi
Teknik
dokumentasi yaitu mengumpulkan berbagai dokumen atau arsip yang ada seperti
silabus, rencana pembelajaran yang dibuat guru, buku atau materi pelajaran,
serta nilai ulangan harian pada materi wujud zat sebagai bahan pertimbangan
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
b. Observasi
Observasi dilakukan sebelum, selama dan sesudah siklus penelitian
berlangsung. untuk mengamati pelaksanaan dan perkembangan pembelajaran mekanika
teknik yang dilakukan oleh guru dan siswa meliputi keadaan pembelajaran sebelum
diterapkan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI), keadaan
saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dan keadaan pembelajaran setelah
diterapkan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI). Jenis
observasi yang dilakukan adalah observasi partisipan, artinya peneliti ikut
terlibat dalam proses pembelajaran (tindakan).
c.
Tes
Tes
merupakan alat yang digunakan penelitian untuk mengetahui hasil dari penelitian
yang telas dilakukan. Tes dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil
belajar yang telah diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan.
2.2
Metode Analisis Data
Analisis
data dilakukan secara deskriptif komparatif. Analisis dideskriptif komparatif
untuk mengelola data, nilai yang berupa keaktifan dan peningkatan hasil belajar
yang dianalisis dengan pencapaian nilai tes, hal ini dimaksudkan bahwa siswa
dikatakan mampu menguasai mata pelajaran secara maksimal atau dengan kata lain
prestasi belajar diatas KKM.
Analisis
diskripstif komparatif dilakukan dengan membandingkan antar kondisi awal
sebelum dilakukannya tindakan dengan hasil yang diperoleh pada siklus I dan
siklus II, sehingga dapat dilihat adanya perbedaan sebelum dan sesudah.
3. Hasil
Penelitian Dan Pembahasan
3.1. Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI) berpengaruh terhadap keaktifan siswa kelas X Teknik
Pemesinan A SMK Bhinneka Karya Surakarta yang dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 1:
Persentase Keaktifan Siswa Tiap Siklus.
Siklus
|
Aktif
%
|
Tidak Aktif %
|
Pra-Siklus
|
45,4
|
54,6
|
Siklus I
|
64,7
|
35,3
|
Siklus II
|
82,3
|
17,7
|
Rerata kenaikan keaktifan siswa dapat
dilihat pada histogram berikut :
Gambar 1.
Rerata Keaktifan Siswa
Histogram di atas menunjukan bahwa
keaktifan siswa dan kondisi pra-siklus, siklus I, dan siklus II mengalami
peningkatan. Pada siklus I nilai keaktifan naik 19,3% yaitu dari 45,4% menjadi
64,7%. Pada siklus II nilai rerata naik 17,6% yaitu dari 64,7% menjadi 82,3%.
Penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) juga
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas X teknik pemesinan A SMK
Bhinneka Karya Surakarta yang dapat dilihat pada table sebagai berikut :
Tabel
2:Persentase hasil Belajar Siswa pada Tiap
Siklus
Siklus
|
Tuntas %
|
Tidak Tuntas %
|
Pra-Siklus
|
42,1
|
57,9
|
Siklus I
|
62,1
|
37,9
|
Siklus II
|
84
|
16
|
Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa penerapan
model pelajaran kooperatif
Group Investigation (GI) dapat meningkatkan keaktifan dan
hasil belajar siswa.
Peningkatan
rerata hasil belajar tersebut ditunjukan pada histogram sebagai berikut :
Gambar 2.
Persentase Hasil Belajar Siswa
Dari
kondisi awal 42,1%, pada siklus I ketuntasan naik menjadi 62,1% dan siklus II
ketuntasan naik menjadi 84% pada siklus II. Indikator keberhasilan
direfleksikan 80% siswa memperoleh hasil belajar >70. Dengan melihat
ketuntasan belajar maka hasil dari siklus I dan siklus II telah mencapai
indikator tersebut. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada mata
pelajaran mekanika teknik dan elemen mesin dapat meningkat hasil belajar siswa
dari kondisi awal ketuntasan 42,1% menjadi 84% pada kondisi akhir.
3.2. Pembahasan
Data pra-siklus, siklus I dan siklus II
yang telah didapatkan kemudian dibahas sejauh mana keberhasilan pemberikan
tindakan kelas yang telah dilakukan pada kelas X Teknik Pemesinan A
SMK Bhinnekan Karya Surakarta, pembahasan awal yang peneliti temui saat
pra-siklus adalah kurangnya keaktifan dari siswa dan hasil belajar yang siswa
capai. Siswa cenderung tidak memperhatikan proses pembelajaran yang sedang
berlangsung dikelas dan berakibat pada hasil belajar mereka banyak belum
tuntas.
Peneliti kemudian berdiskusi dengan guru
mengenai permasalahan tersebut untuk mencari solusi mengatasinya, Hasil
diskusi tersebut adalah untuk mengatasi masalah yang terjadi perlu digunakan
model pembelajaran yang baru yang mampu mendorong siswa untuk aktif dalam
pembelajaran dan hasil belajar dari siswa meningkat,
Guru sepakat menggunakan model pembelajaran Cooperatif
Group Investigation dalam proses pembelajaran sebelumnya.
Peneliti menyusun rancangan proses
pembelajaran untuk digunakan pada pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II,
Tindakan siklus I adalah langkah awal yang dilakukan untuk mengatasi masalah
pembelajaran yang terjadi dengan model Cooperatif
Group Investigation. Hasil dari siklus I adalah masih adanya siswa yang
belum aktif dalam proses pembelajaran dan hasil belajar dari siswa banyak belum
tuntas. Kekurangan dari tindakan siklus I adalah : (1)
siswa meninggalkan kelas saat pengatian jam pelajaran dan terlambat masuk kelas
pada jam berikutnya, (2) siswa masih belum bersemangat dalam mengikuti diskusi
kelompok dan memperhatikan presentasi dari kelompok lain.
Pemberian tindakan siklus II kemudian
juga mempertimbangakan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I.
Peneliti dan Guru kemudian berdiskusi untuk mencari solusi hal tersebut agar
pada pemberian tindakan siklus II berhasil. Hasil dari diskusi tersebut adalah
(1) Peneliti datang ke kelas saat jam pelajaran kedua hampir habis dan saat
guru pelajaran jam sebelumnya keluar, peneliti telah ada didalam kelas dan
siswa tindak keluar (2) peneliti lebih mendorong siwa untuk aktif dalam
berdiskusi dengan teman kelompok dan memperhatikan presentasi dari kelompok
lain.
Peneliti
telah mampu mengatasi permasalah yang
dihadapi dan telah mampu menerapakan model Cooperatif
Group Investigation dengan baik pada mata pelajaran mekanika teknik dan
elemen mesin pada pemberian tindakan siklus II. Penggunaan model pembelajaran Cooperatif Group Investigation telah
terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan mata
pelajaran mekanika teknik dan elemen mesin pada siswa kelas X teknik pemesinan
A SMK Bhinneka Karya Surakarta.
Kondisi belajar lebih menarik siswa
menjadi bersemangat dan tidak membuat siswa cepat merasa jenuh,
Keaktifan siswa dapat meningkat kemudian diikuti dengan hasil belajar siswa
juga meningkat, Nilai ulangan siswa menjadi baik dan
lebih dari 80% siswa nilainya tuntas diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum).
Penggunaan model pembelajaran Cooperatif
Group Investigation terbukti lebih baik dari pada model pembelajaran
ceramah. Siswa lebih cepat memahami materi yang diberikan oleh guru. Model ini
membuat pemahaman terhadap materi yang diberikan secara mendalam, hal ini
dibuktikan dalam keaktifan belajar siswa meningkat sehingga pembelajaran lebih
menarik, siswa merasa tertarik dan bersemangat dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Indikator keaktifan setelah dilakukan pengamatan sudah mencapai
target dan hasil belajar pada siklus ini
hasilnya lebih baik dari siklus sebelumnya dan dapat mencapai target yang sudah
ditentukan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berhenti pada siklus II ini, karena target sudah
tercapai dan sesuai dengan rencana dari awal.
4. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil tindakan dan
pembahasan pada penerapan model pembelajaran Cooperatif Group Investigation dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan
Model Pembelajaran Cooperatif Group
Investigation terbukti dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas X teknik
pemesinan A SMK Bhinneka Karya Surakarta pada mata pelajaran mekanika teknik
dan elemen mesin pada Tahun Pelajaran 2016/2017. Pada kondisi pra-siklus siswa
yang dikatagorikan aktif sebesar 45,4%, pada siklus I sebesar 64,7% dan siklus II sebesar 82,3% siswa yang aktif.
2. Penerapan
Model Pembelajaran Cooperatif Group
Investigation terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa siswa kelas X
teknik pemesinan A SMK Bhinneka Karya Surakarta pada mata pelajaran mekanika
teknik dan elemen mesin pada Tahun Pelajaran 2016/2017. Pada kondisi pra-siklus
sebanyak 42,1% siswa yang tuntas, siklus I sebanyak 62,1% dan siklus II
84,0% siswa yang tuntas.
Ucapan Terima Kasih
Dengan rasa syukur atas
kehadirat ALLAH SWT, ucapan terima kasih ini saya untuk :
Ø Ibu tercinta yang senantiasa memberikan
kasih sayang dan dukungan dalam
menulis karya ilmiah saya.
Ø FKIP Universitas Sebelas Maret, almameter tercinta, tempatku menimba ilmu dan
memperkaya pengetahuan.
Ø
Terimakasih
atas segala ilmu dan bimbinganya yang diberikan dosen-dosen di Program Studi
Pendidikan Teknik Mesin UNS.
Ø kepada Keluarga besar SMK Bhinneka Karya
Surakarta, yang telah mengijinkan dan membantu
penulis dalam penelitian karya ilmiah saya.
Ø Terimakasih kepada teman-teman yang saya sayangi.
Daftar Pustaka
Arikunto,S.(2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi
Aksara.
Aqib Zainal. (2013). Model-Model, Media, dan Strategi
pembelajaran Kontektual (Inovatif).Bandung:Yrama Widya.
Sardiman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta Rajawali Press.
Sardiman. (2008). Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta Rajawali Press.
Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta Rajawali Press.
Slavin E Robert. (2008). Cooperatif Learning Teori, Riset, dan
Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sudjana,N. (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja.
Sudjan.N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sugiyanto.(2009). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Mata Padi
Presindo.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun. 2003. Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
No comments:
Post a Comment